Translate

Sabtu, 10 Februari 2018

Kisah Pak Misran Guyana French ke Jawa 2

Setelah rombongan ketemu kakek yang bernama Mbah Tomo Inangun (Almarhum), rombongan diantar ke rumah Pak Ngalimun (Tohari). Sesampai rumah Pak Tohari, rombongan Pak Misran mengenalkan diri, rasa haru, senang, tak percaya menyelimuti hati Pak Tohari,dan rombongan dari Guyana French,  Pak Tohari menanyakan " opo kowe parabane thungul mbiyen? (apa kamu dulu nama panggilan thungul)  "Iyo kang, aku Thungul Misran", jawab Pak Misran (iya kang, saya Thungul Misran). Mereka saling berpelukan erat sambil meneteskan air mata haru, tak menyangka mereka masih akan bertemu kembali.

Kunjungan ke rumah Pak Tohari hanya sekitar 2 jam, digunakan untuk bercerita kisah kisah kehidupan disana yang sebagian sudah diceritakan sebelumnya. Untung Pak Misran dan rombongan masih bisa berbahasa jawa ngoko sehingga komunikasi bisa berjalan, kecuali crhistoper berbahasa perancis dan Inggris tidak bisa berbahasa jawa.

Pak misran mengisahkan bahwa beliau diberi hadiah oleh pemerintah karena mempunyai anak 11 orang, jumlah penduduk di Guyana French masih sedikit dengan sumber daya alam yang melimpah. Mata pencaharian mereka kebanyakan diluar sektor pertanian, yaitu berdagang, industri dan jasa. Sektor pertanian berkembang di Suriname. Karena Guyana french negara bagian Perancis maka berkiblat ke Perancis, berbeda dengan di Suriname kehidupan orang jawa disana juga masih kental dengan budaya Jawa.

Bu Painem putri Pak Misran melanjutkan usaha ibunya berjualan makanan khas Jawa Sauto, bakmi, Lumpia, nasi goreng, sate di Cayenne Ibukota Guyana French dengan mengendarai Bis yang dia sopiri sendiri.

Tak terasa ternyata waktu 2 jam cepat berlalu,  Pak Misran beserta rombongan harus segera kembali ke Hotel bergabung dengan rombongan lainnya, untuk melanjutkan perjalanan wisatanya.

 Sampai disini dulu besuk di sambung lagi

#PerempuanBPSMenulis
#MenulisAsyikdanBahagia
#15HariBercerita
#Harike7


Tidak ada komentar:

Posting Komentar